PEMILU 2014 ?
HARAPAN BARU UNTUK BANGSA
INDONESIA YANG MAJU DAN SEJAHTERA
Catatan dan Harapan di Pemilu 2014
Sebenarnya saya tidak tertarik menulis tentang politik. Kalau boleh diungkapkan secara kasar, satu kata untuk politik di Indonesia, yaitu MUAK. Hal yang wajib ditanyakan ada 3 yaitu :
1. Bagaimana menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap para caleg? padahal janji2 mereka banyak yang tidak ditepati…
2. Apa harapan saya pada pemimpin Indonesia masa depan?
3. Bagaimana membuat rakyat hidup sejahtera?
tetapi, dari ketiga pertanyaan tersebut indonesia masih belum punya jawaban karena saya juga termasuk anggota masyarakat yang tidak lagi percaya pada sosok-sosok yang sekarang menjadi tiga pilar demokrasi yaitu: pemerintahan (eksekutif), wakil rakyat (legislatif), dan penjaga keadilan (yudikatif). Belum lagi dengan urusan birokrasi yang masih belum lepas dari tradisi suap-menyuap.Pilar keempat demokrasi, yaitu kebebasan pers pun mulai disusupi oleh kepentingan mereka yang memiliki modal. Kalau boleh disederhanakan virus yang sedang melanda sistem demokrasi Indonesia adalah “politik transaksional.” Segala sesuatunya diukur dengan transaksi mana yang paling menguntungkan bagi dirinya, partainya, dan golongannya. Kepentingan rakyat bukan lagi dilihat sebagai kepentingan umum, tapi kepentingan golongan mereka sendiri. Politik transaksional ini pula yang menjangkiti sistem pemilu kita. Coba tanya mereka yang menjadi calon legislatif, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencalonkan diri? Inilah kemudian ada yang berpendapat bahwa parpol merupakan biang kerok rusaknya Indonesia (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/03/30/n382is-hasyim-muzadi-parpol-biang-kerok-rusaknya-indonesia).
Bagaimana menumbuhkan kembali Kepercayaan masyarakat terhadap caleg?
Kepercayaan masyarakat terhadap anggota legislatif memang sangat rendah.
Lihat beberapa berita ini : (http://wartakota.tribunnews.com/2014/01/05/survei-tingkat-kepercayaan-masyarakat-terhadap-dpr-rendah), (http://www.antaranews.com/berita/404379/kepercayaan-kepada-dpr-terus-turun).
Selain karena banyaknya mereka yang menjadi tersangka kasus korupsi, ada beberapa hal lain yang membuat masyarakat muak dan tidak percaya pada wakil rakyat. Alih-alih mewakili rakyat, kenyataan membuktikan mereka hanyalah wakil dari partai, kalau tidak mewakili perut mereka sendiri. Di antara penyebab rendahnya kepercayaan masyarakat adalah:
- Kinerja mereka di dewan buruk. Pada saat sidang dan bekerja membuat undang2, banyak di antara mereka yang bolos. Mereka yang datang ke dewan sebagiannya hanya pindah tempat tidur.
- Kurang sensitif terhadap penderitaan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan cueknya mereka jalan2 keluar negeri meskipun banyak kritik terhadap tujuan dan hasil dari kunjungan tersebut.
Satu-satunya cara untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat adalah bukti. Pembuktian itu tidak bisa dinilai dari kinerja mereka di masa kampanye seperti sekarang. Masyarakat harus melihat rekam jejak para caleg dari jauh hari. Lihat, teliti, dan pelajari aktivitas mereka selama ini. Jika sudah jelas mereka yang ingkar janji, sering bolos, tidak peka terhadap penderitaan rakyat, dan kurang amanah maka JANGAN DIPILIH. Hati-hati juga dengan politik pencitraan, karena tidak sedikit juga mereka yang terlihat populer hanya bekerja untuk meningkatkan citra di mata masyarakat. Selain dengan mengenal para caleg yang akan dipilih, perlu juga untuk melakukan istikharah, dan menggunakan hati kita untuk memilih.
Di kalangan menengah, banyak masyarakat yang sudah apatis dan enggan berurusan dengan politik, termasuk berpartisipasi dalam pemilu. Bagi mereka, tidak ada jaminan para caleg yang mencalonkan diri sekarang ini mampu memperbaiki bangsa Indonesia karena sistemnya yang korup. Sehingga siapapun yang terpilih lambat laun juga akan masuk dalam pusaran sistem itu. Inilah tantangan terbesar bagi pemilu 2014. Tidak bisa dipungkiri, beberapa kali pemilihan langsung di daerah, bahkan juga nasional, angka golput ini cukup tinggi. Saya mungkin termasuk yang (setengah) golput dengan alasan-alasan di atas, meskipun masih menaruh harapan tentang adanya perubahan yang lebih baik jika kita berpartisipasi dalam pemilu. Golongan inilah yang harus diajak untuk berpartisipasi agar turut serta dalam memberikan suara. Jika seruan Nabi SAW bersabda, ballighu ‘anni walau ayah (sampaikanlah kebenaran dariku walaupun itu hanya satu ayat), mungkin bisa kita ajak mereka dengan ujaran, “Dukunglah wakilmu walaupun hanya satu suara.
Harapan pada pemimpin Indonesia masa depan.
Indonesia ini merupakan bangsa yang besar. Harus diakui bahwa ada perkembangan dan peningkatan di berbagai sektor politik, ekonomi, penegakan hukum, keamanan, dan stabilitas secara umum. Tapi juga harus disadari bahwa masih banyak yang harus dibenahi. Adanya peningkatan bukan berarti masalah-masalah di berbagai sektor itu terselesaikan. Perlu kepemimpinan yang memiliki kapabilitas, pengalaman, dan visi-misi bagi Indonesia masa depan. Popularitas tidak menjamin bagi kesuksesan seorang pemimpin. Meskipun popularitas itu perlu sebagai modal awal bagi adanya dukungan publik terhadap kepemimpinannya, diperlukan syarat-syarat di atas untuk memimpin Indonesia.
Secara pribadi, saya merasa pemimpin itu harus punya model (panutan) kepemimpinan dalam menjalankan amanahnya. Dengan memiliki model dan tipe kepemimpinan tertentu, dia bisa mengambil pelajaran apa saja yang menjadi kekuatan untuk terus dikembangkan, dan kekurangan yang perlu dihindarkan.Tentu sebagai seorang Muslim, menurut saya, model kepemimpinan Rasulullah SAW adalah yang terbaik. Saya juga suka dengan model kepemimpinan Umar bin Khattab serta Umar bin Abdul Aziz. Tanpa adanya role model yang jelas, seorang pemimpin mudah dipengaruhi oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya (di belakangnya juga, hehe). Blusukan itu seringkali dilakukan oleh Umar bin Khattab pada masa kepemimpinannya. Keadilan juga ditegakkan oleh Umar bin Khattab ketika mengembalikan hak seorang Yahudi tua yang rumahnya dirampas oleh penguasa Muslim di daerahnya. Silahkan baca cerita lainnya di buku sejarah dan biografi Umar bin Khattab.
Rakyat Indonesia rindu pada pemimpin yang menjiwai, menyelami, memahami, dan mengalami masalah rakyat yang dipimpinnya sebelum memberikan jalan keluarnya. Solusi harus didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seringkali solusi di atas kertas tidak bisa diterapkan di lapangan karena kurang memahami akar permasalahan yang harus dirasakan dengan mengalaminya. Keindahan alam dan potensi wilayahnya akan membuat siapapun terpesona dengan Indonesia.
Secara kongkrit, ada banyak harapan saya terhadap pemimpin Indonesia masa depan, di antaranya:
- Memiliki komitmen yang kuat dan political will bagi pendidikan generasi muda. Harus disyukuri bahwa alokasi APBN untuk pendidikan adalah 20%. Tapi harus diakui bahwa pemanfaatan dana besar bagi pendidikan itu masih jauh dari optimal. Budaya korup, rendahnya moralitas, kurangnya kedisiplinan, dan beberapa hal minus lainnya hanya bisa diatasi dengan pendidikan yang baik. Tidak melulu secara formal, dukungan terhadap pendidikan juga bisa dilakukan informal pada unit terkecil, misalnya: memberikan apresiasi bagi keluarga yang sukses mendidik anak-anaknya menjadi generasi terbaik bagi bangsa ini.
- Bisa menegakkan sektor ekonomi dengan prinsip kebangsaan dan kerakyatan, bukan untung ruginya secara ekonomis saja. Harus ada komitmen untuk menjadikan bangsa ini mandiri di berbagai sektor ekonomi: pertanian, kelautan, peternakan, dan industri-industri strategis lainnya. Rencanakan secara jelas capaian jangka panjang, menengah, dan pendek bagi kemandirian ekonomi kita.
- Mampu membangun birokrasi yang sehat. Harus diakui birokrasi kita masih sakit, ada semacam ujaran “kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah”. Meskipun ada beberapa langkah positif yang bisa dirasakan masyarakat dengan adanya political will ke arah birokrasi yang sehat. Hanya saja kenyataannya masih jauh dari harapan. Ini yang harus terus menerus dikawal dan dijaga.
Ah… daftar harapan ini sebenarnya masih panjang, ada sektor kedaulatan negara, pemberantasan korupsi, penegakan hukum dan keadilan, jaminan kesehatan, pembangunan sektor publik, pembenahan infrastruktur, pemerataan kesejahteraan, keberagamaan, keamanan, perdamaian, dan seterusnya… dan seterusnya. Tapi, sementara itu saja dulu yang bisa saya ungkapkan. Semoga pemimpin Indonesia di masa depan adalah pemimpin yang benar-benar berani berjuang, berkorban, dan melakukan segenap daya-kemampuannya untuk menjadikan rakyat Indonesia mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat, sebagaimana yang sering kita panjatkan bersama di setiap doa: baldatun thayyiba(tun), mubaraka(tun) wa rabbun ghafur.
Kesejahteraan Rakyat Indonesia
Kesejahteraan , kata yang sangat sederhana tapi ini adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh seorang pemimpin. Ya mensejahterakan rakyat bukanlah urusan yang mudah . banyak masalah yang harus ditangani mulai dari masalah ekonomi , banyaknya pengangguran di indonesia , sampai kurangnya fasilitas kesehatan dan minimnya pendidikan. ini menjadi pr yang berat untuk para pemimpin . mereka harus punya akhlak yang baik juga tanggung jawab yang besar . Mengapa rakyat selalu hidup melarat ? salah siapa? salah pemimpinnya ataukah salah rakyatnya ? jawabannya adalah dua-duanya harus seimbang , saat pemimpin memberikan peluang usaha atau peluang kerja harusnya rakyat menyambutnya dengan cepat agar kehidupan mereka lebih tertata dan lebih baik . namun salah dari pemimpin adalah adanya praktek money politic yang sepertinya tidak bisa dihilangkan dari budaya kerja diindonesia . untuk kerja atau membuka usaha selalu ada pungutan liat atau yang sering kita sebut pungli / sogokan . Masyarakat indonesia harusnya bisa lebih cerdas dan lebih bermartabat.
Pemilu mendatang diharapkan mampu menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas, mampu menterjemahkan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Kualitas wakil rakyat tentu tergantung partai politik. Apakah partai politik bisa memberikan yang terbaik atau sebaliknya. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuka pendaftaran calon sementara calon anggota legislatif. Kegiatan ini juga bagian dari tahapan pelaksanaan untuk melakukan verifikasi, terhadap bakal calon anggota legislatif yang diajukan partai politik.
Kualitas wakil rakyat nantinya sangat erat hubungan dengan bagaimana mekanisme partai politik menjaring kadernya untuk dicalonkan sebagai caleg. Apabila parpol tidak mampu melakukan penjaringan dengan baik, hal itu akan berpengaruh dengan kualitas sumber daya manusia sebagai wakil rakyat nanti. Demikian juga sebalik, jka parpol bisa menentukan caleg yang berkualitas maka kepentingan rakyat sangat mungkin disuarakan secara maksimal.
Keberanian parpol untuk menentukan siapa yang diusung untuk maju sebagai caleg adalah disertai resiko tinggi. Resiko terhadap anggaran yang begitu besar dikeluarkan apabila kualitas SDM dibawah standar. Anggaran yang sangat besar tentu harus sesuai hasil maksimal. Begitu luas parpol mendapatkan kesempatan waktu untuk menjaring caleg berkualitas, tetapi jika nanti hasilnya bermutu rendah, merupakan pilihan dari sebagian resiko parpol.
Pemilu 2014 adalah menjadi tumpuan harapan masyarakat secara keseluruhan semoga tidak menghasilkan para wakil rakyat yang suka korupsi, suka berbuat analar yang mencoreng wajah parlemen. Masyarakat tentu sangat berharap, tahapan pemilu 2014 bisa berjalan lancar, aman, sesuai dengan perencanaan awal. Terutama terkait logistik pemilu, yang sering menjadi hambatan, seperti rusaknya kertas suara, kesesuaian jumlah kertas suara, kualitas tinta, kualitas kertas dan lainnya.Hal itu harus diantisipasi sejak dini untuk menghindari kekacauan logistik dan menjaga kualitas pemilu mendatang.
Lihatlah ibu pertiwi sedang bersusah hati ...
Air matanya berlinang emas intan yang terkenang .. :')
Komentar
Posting Komentar